Selasa, 18 September 2012

MENGENAL SEBARAN BAHASA JAWA DAN CORAKNYA

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon, Yogyakarta, Jawa Tengah & Jawa Timur di Indonesia.

1. Republik Suriname

Republik Suriname (Surinam) dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda.

Negara ini berbatasan dengan Guyana Perancis di timur dan Guyana di barat. Di selatan berbatasan dengan Brasil dan di utara dengan Samudra Atlantik. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia-Belanda antara tahun 1890-1939. Suriname merupakan salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam.

2. Singapura

Sejumlah orang Jawa didatangkan ke Singapura sejak 1825 [Johari, 1965]. Mereka berasal dari Jawa Tengah, dan mereka dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan karet, jalur kereta api dan konstruksi jalan raya. Kampong Jawa, di tepi sungai Rochor, adalah tempat pemukiman pertama orang Jawa di Singapura. Selain Kampong Jawa, Kallang Airport Estate dikenal sebagai tempat pemukiman orang Jawa juga. Di Kallang, mereka hidup berdampingan dengan orang Melayu dan Cina.
3. Malaysia

Umumnya, mereka sudah berwarga negara Malaysia. Leluhur mereka datang sekitar tahun 1900 karena tekanan ekonomi. Masyarakat Jawa di Malaysia saat ini termasuk generasi ketiga dan keempat. Walaupun masih menggunakan sebagian adat dan kebudayaan Jawa, mereka sudah dianggap Melayu pribumi yang sah sesuai undang-undang Malaysia.

Yang terbanyak tinggal di Negeri Selangor, terutama di kawasan Tanjung Karang, Sabak Bernam, Kuala Selangor, Kelang, Banting, dan Sepang. Mereka masih mengekalkan beberapa unsur Jawa meski tidak total. Di Johor juga banyak, tapi yang muda-muda sudah lupa warisan leluhurnya.

Bahkan sebagian ada yang merasa malu mengakui berketurunan Jawa. Mereka sudah tidak boleh (bisa, Red.) lagi bertutur bahasa Jawa secara baik dengan unggah-ungguh dan tata krama. Ada yang mengekalkan identitas dirinya dengan mewujudkan Persatuan Anak-anak Jawa. Kegiatan keseniannya kuda kepang dan reog, walaupun tidak sehalus di Jawa.

4. Belanda

Saat Belanda menjajah Indonesia belanda mengirim orang jawa sebagai budak ke Belanda. Yang unik dalam kasus bahasa Jawa ini adalah minat orang asing terhadap bahasa atau sastra Jawa. Dan, Belanda sebagai negeri bekas penjajah Jawa ternyata menjadi gudang dari orang atau pakar yang punya minat khusus terhadap keberadaan bahasa Jawa.

Universiteit Leiden, universitas tertua di Belanda yang didirikan 1575 merupakan salah satu gudangnya. Di universitas yang didirikan Pangeran Willem van Oranje, tempat dari sekitar 17 ribu mahasiswa menimba ilmu, kita bisa melihat naskah-naskah kuno berhuruf Jawa atau sastra Jawa kontemporer yang masih terawat.

5. Kaledonia Baru

Kaledonia Baru (bahasa Perancis: Nouvelle-Calédonie) adalah sebuah negeri seberang laut milik Perancis terletak di Samudra Pasifik bagian selatan. Juga dinamai Kanaki yang dari nama penduduk asli kepulauan itu. Negara kepulauan ini telah dikuasai Perancis selain Polinesia Perancis. Status ini dikenakan sampai 1998. Namanya berasal dari bahasa Latin Skotlandia. Ibu kotanya ialah Noumea.

Daerah ini dihuni oleh sebagian suku Jawa. Dahulu orang Jawa di Kaledonia Baru menjadi kuli kontrak atau mencari kehidupan lebih baik di negeri asing. Perpindahan orang Jawa di Kaledonia juga sama dengan orang Jawa Suriname, namun kepindahan orang Jawa di Pasifik telah terhenti sejak 1949.

Jumlah penduduk Kaledonia Baru tercatat tanggal 1 September 2006, yaitu: 237.765 jiwa.

Orang Jawa di Kaledonia Baru tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, namun kini anak-anak mudanya sudah tak bisa berbahasa Jawa, hanya bisa berbahasa Perancis saja.

6. Indonesia

Udah pasti bahasa jawa juga di gunakan di Indonesia. bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa adalah bahasa jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon, Yogyakarta, Jawa Tengah & Jawa Timur di Indonesia.

CORAK BAHASA JAWA
“Sampean arek endi a?”, “Aku cah Solo, sampeyan soko Jawa Timur ya?… “Oh nek teko kene adoh gak?”. “Wah, yen aku ora ngerti e mas..”

bahasa Jawa, bahasa ibu
Sepenggal percakapan di atas cukup membuat orang Jawa (atau yang bisa berbahasa Jawa) bangga dengan warna yang terdapat dalam cara berkomunikasi suku terbesar di Indonesia ini. Bahasa Jawa tidak hanya terkenal dengan tingkatan kastanya, melainkan corak yang terdapat pada perbedaan baik logat maupun penulisan masing-masing daerah. Di Jawa Tengah dan Jogja khususnya Solo, bahasa Jawa dijadikan mata pelajaran pendidikan dasar sembilan tahun. Karena kultur yang mengharuskan kepada adab dan sopan santun terhadap sesama dan orang yang lebih tua maupun orang yang baru dikenal, maka bahasa yang menjadi salah satu instrumen untuk mewujudkan proses itu harus diajarkan kepada setiap anak didik keturunan maupun yang berdomisili di Solo dan sekitarnya. Ini imbas dari digunakannya bahasa Jawa sebagai bahasa kerajaan Mataram Islam di Surakarta dan Jogjakarta.
Secara umum Bahasa Jawa mengenal undhak-undhuk basa dan menjadi bagian integral dalam tata krama (etiket) masyarakat Jawa dalam berbahasa. Dialek Surakarta biasanya menjadi rujukan dalam hal ini. Bahasa Jawa bukan satu-satunya bahasa yang mengenal hal ini karena beberapa bahasa Austronesia lain dan bahasa-bahasa Asia Timur seperti bahasa Korea dan bahasa Jepang juga mengenal hal semacam ini. Dalam sosiolinguistik, undhak-undhuk merupakan salah satu bentuk register.
Terdapat tiga bentuk utama variasi, yaitu ngoko (”kasar”), madya (”biasa”), dan krama (”halus”). Di antara masing-masing bentuk ini terdapat bentuk “penghormatan” (ngajengake, honorific) dan “perendahan” (ngasorake, humilific). Seseorang dapat berubah-ubah registernya pada suatu saat tergantung status yang bersangkutan dan lawan bicara. Status bisa ditentukan oleh usia, posisi sosial, atau hal-hal lain. Seorang anak yang bercakap-cakap dengan sebayanya akan berbicara dengan varian ngoko, namun ketika bercakap dengan orang tuanya akan menggunakan krama andhap dan krama inggil. Sistem semacam ini terutama dipakai di Surakarta, Yogyakarta, dan Madiun. Dialek lainnya cenderung kurang memegang erat tata-tertib berbahasa semacam ini.
Sebagai tambahan, terdapat bentuk bagongan dan kedhaton, yang keduanya hanya dipakai sebagai bahasa pengantar di lingkungan keraton. Dengan demikian, dikenal bentuk-bentuk ngoko lugu, ngoko andhap, madhya, madhyantara, krama, krama inggil, bagongan, kedhaton.
Dengan memakai kata-kata yang berbeda dalam sebuah kalimat yang secara tatabahasa berarti sama, seseorang bisa mengungkapkan status sosialnya terhadap lawan bicaranya dan juga terhadap yang dibicarakan. Walaupun demikian, tidak semua penutur bahasa Jawa mengenal semuanya register itu. Biasanya mereka hanya mengenal ngoko dan sejenis madya.
Sedangkan penyebaran bahasa didominasi oleh penduduk Jawa yang merantau, membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah bahkan di luar negeri. Banyaknya orang Jawa yang merantau ke Malaysia turut membawa bahasa dan kebudayaan Jawa ke Malaysia, sehingga terdapat kawasan pemukiman mereka yang dikenal dengan nama kampung Jawa, padang Jawa. Di samping itu, masyarakat pengguna Bahasa Jawa juga tersebar di berbagai wilayah Negara Kesatuan RepublikIndonesia. Kawasan-kawasan luar Jawa yang didominasi etnis Jawa atau dalam persentase yang cukup signifikan adalah : Lampung (61,9%),Sumatra Utara (32,6%),Jambi (27,6%), Sumatera Selatan (27%). Khusus masyarakat Jawa di Sumatra Utara, mereka merupakan keturunan para kuli kontrak yang dipekerjakan di berbagai wilayah perkebunan tembakau, khususnya di wilayah Deli sehingga kerap disebut sebagai Jawa Deli atau Pujakesuma (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Sedangkan masyarakat Jawa di daerah lain disebarkan melalui program transmigrasi yang diselenggarakan semenjak zaman penjajahan Belanda. (www.wikipedia.org)
Selain di kawasan Nusantara, masyarakat Jawa juga ditemukan dalam jumlah besar diSuriname, yang mencapai 15% dari penduduk secara keseluruhan, kemudian diKaledonia Barubahkan sampai kawasan Aruba dan Curacao serta Belanda. Sebagian kecil bahkan menyebar ke wilayah Guyana Perancis dan Venezuela. Pengiriman tenaga kerja ke Korea, Hong Kong, serta beberapa negara Timur Tengah juga memperluas wilayah sebar pengguna bahasa ini meskipun belum bisa dipastikan kelestariannya.
Dari persebaran bahasa Jawa, terdapat corak dan variari bahasa (dialek) dari beberapa daerah di Jawa. Klasifikasi berdasarkan dialek geografi mengacu kepada pendapat E.M. Uhlenbeck (1964) Peneliti lain seperti W.J.S. Poerwadarminta dan Hatley memiliki pendapat yang berbeda.
Kelompok Barat
1.    dialek Banten
2.    dialek Cirebon
3.    dialek Tegal
4.    dialek Banyumasan
5.    dialek Bumiayu (peralihan Tegal dan Banyumas)
Tiga dialek terakhir biasa disebut Dialek Banyumasan.
Kelompok Tengah
1.    dialek Pekalongan
2.    dialek Kedu
3.    dialek Bagelen
4.    dialek Semarang
5.    dialek Pantai Utara Timur (Jepara, Rembang, Demak, Kudus, Pati)
6.    dialek Blora
7.    dialek Surakarta
8.    dialek Yogyakarta
9.    dialek Madiun
Kelompok kedua ini dikenal sebagai bahasa Jawa Tengahan atau Mataraman. Dialek Surakarta dan Yogyakarta menjadi acuan baku bagi pemakaian resmi bahasa Jawa (bahasa Jawa Baku).
Kelompok Timur
1.    dialek Pantura Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro)
2.    dialek Surabaya
3.    dialek Malang
4.    dialek Jombang
5.    dialek Tengger
6.    dialek Banyuwangi (atau disebut Bahasa Osing)
Kelompok ketiga ini dikenal sebagai bahasa Jawa Wetanan (Timur).
Kata-kata umum (ngoko) yang membedakan antar dialek, biasanya adalah :
Jatim
Maeng onok wong guedhe, lueemu.. tuibo.. tekok genteng gruoobyaakkk !! bareng dicedheki kuejet-kejet terus muaatek !!
Jateng

Mau ono uwong jan giedhe tur lemu… ceblok soko genteng… mak tlenik…. or …mak tlebuk… njur dicedhaki, sakolo klenger banjur mati.
Jateng : ning
Jatim : ndek
Cirebon: ning / nang
Jateng : montor
Jatim : sepeda
Cirebon: motor
Jateng : sepeda
Jatim : pit
Cirebon: pit
Jateng : sithik
Jatim : thithik
Cirebon: setitik
Jateng : dhuwur
Jatim : dhukur
Cirebon: duwur
Jateng : banget - suwe banget
Jatim : temen - suwe temen
Cirebon: pisan - suwe pisan
Jateng : ngapusi - diapusi
Jatim : mbujuki - dibujuki
Cirebon: mbebodoh - dibebodoh
Jateng : marahi - diwarahi
Jatim : muruki - diwuruki
Cirebon: maiweruh - dipaiweruh
Jateng : nggatekke - digatekke
Jatim : ngreken - direken
Cirebon: nganggep – dianggep
Jatim
- tibo = manusia
- runtuh/ceblok/lugur = barang, mis : buah, buku dll
Jateng
- tibo = barang
- rutuh/ceblok = manusia
Unik kan? Hayo siapa yang mau menambahkan keanekaragaman bahasa Jawa…?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar